Kamis, 30 Desember 2010

FINAL AFF 2010 II

Perjalanan karir arif suyono


Batu - Kisah perjalanan Arif Suyono meniti karir sebagai pesepakbola profesional tidak mulus-mulus saja. Pada satu waktu, supersub timnas Indonesia di Piala AFF 2010 itu bahkan harus mendapatkan sepatu sepakbola hasil berutang.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, saat Arif masih berusia 16 tahun. Ketika itu pemuda kelahiran Batu, Malang, tersebut hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur.

Yang menjadi masalah, alumni SMU Islam Batu tersebut tidak lagi memiliki sepatu sepakbola yang layak pakai. Sepatu yang ia miliki saat itu, sebuah sepatu pemberian teman sekolahnya, sudah koyak.

Kegelisahan gelandang Sriwijaya FC itu tak luput dari perhatian keluarga besarnya. Ningsih, kakak kedua Arif, pun akhirnya nekat berutang sepatubola dengan harga Rp 150 ribu demi sang adik.

"Kami kasihan lihat dia, bingung untuk dapat sepatu, kemudian kami sepakat mengutangkan di sebuah toko sepatu yang saya kenal," cerita Ningsih sembari meneteskan air mata.

Melihat kakaknya membawa sepatu baru, Arif muda tak ayal langsung berlinangan air mata. "Kemudian dia berangkat dengan menangis. Kami sekeluarga tiap malam menggelar salat untuk mendoakan dia saat itu. Agar bisa jadi orang sukses," tutur Ningsih.

Faktor ekonomi memang menjadi salah satu kendala dalam perjalanan Arif menimba ilmu sepakbola. Tak jarang ia sampai harus menunggu hasil upah sang ayah sebagai buruh di pasar, sebelum berangkat latihan.

"Kalau mau minta ongkos berangkat, kami kakak-kakaknya harus meminta uang kepada bapak, dengan mendatangi ke pasar," ungkap Ningsih.

Untungnya Arif yang kelahiran 3 Januari 1984 tersebut memang dapat limpahan dukungan tanpa henti dari keluarga besarnya. Impian pemain yang dibesarkan bersama 12 saudaranya itu selalu ditempatkan sebagai prioritas keluarganya.

"Tujuan kami saat itu Arif biar jadi orang sukses dan mampu membantu keluarga. Karena kami 12 bersaudara dengan orangtua hanya kerja serabutan," ujar Ningsih yang tiada hentinya meneteskan air mata.Saat ini Arif sudah sukses, tapi ia tidak lupa kalau apa yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari peran keluarga. Maka keluarga besarnya pun pun ikut menikmati hasilnya. Melalui kucuran dana Arif, bisnis keluarga dibangun melalui usaha kripik.





Indonesia Menang, tapi Tak Juara

Kesebelasan nasional Indonesia mampu menang 2-1 atas Malaysia pada laga final kedua Piala AFF 2010 di Gelora Bung Karno, Rabu (29/12/2010). Indonesia pun mengakhiri turnamen sebagai runner-up, mengingat mereka kalah 0-3 pada laga pertama, Minggu (26/12/2010).
Bermain sebagai tuan rumah dengan kewajiban menang 4-0, Indonesia tampil agresif sejak menit awal. Sayang, usaha itu tak diimbangi dengan ketenangan dan fokus tinggi. Pada momen-momen krusial, Indonesia kerap melakukan kesalahan umpan atau terburu-buru melakukan eksekusi.
Di tengah kesulitan itu, Indonesia mendapat hadiah penalti, menyusul handsball yang dilakukan Mohd Sabre bin Mat Abu pada menit ke-18. Firman Utina yang dipercaya mengeksekusi bola mengirimnya secara akurat ke sudut kiri bawah gawang. Sayangnya, tendangan terlalu lemah sehingga bola mudah ditangkap Khairul Fahmi.
Setelah penalti itu, Malaysia mencoba bangkit. Melalui Mohamad Ashari bin Samsudin, mereka hampir saja mencetak gol pada menit ke-20. Untung saja, Markus Horison masih mampu menepis tembakan akurat Ashari.
Indonesia mencoba membalas. Namun, belum lagi mampu menciptakan ancaman serius, Indonesia kembali terancam kebobolan pada menit ke-32. Saat itu, Mohd Safee bin Mohd Sali berhasil masuk kotak penalti dan menembakkan bola, yang melenceng dari sasaran.
Ancaman itu dibalas Indonesia dengan sejumlah serbuan yang tuntas dengan eksekusi. Namun, Malaysia mampu menghindarinya sampai peluit turun minum berbunyi, dengan skor 0-0 tertera di papan skor.
Permainan tak banyak berubah pada babak kedua. Indonesia masih lebih dominan dalam penguasaan bola dan serangan, tetapi masih bermasalah dengan sentuhan akhir, baik saat mengumpan maupun menembak.
Masalah itu belum selesai ketika Malaysia malah mampu unggul 1-0 berkat gol Mohd Safee pada menit ke-54. Dalam sebuah serangan balik, Safee berhasil menguasai sebuah umpan terobosan dan menggiringnya melewati duo Maman dan Hamka sebelum melepaskan tendangan keras dari tengah kotak penalti, yang mendesak jaring dalam gawang Markus Horison.
Setelah itu, Indonesia mengalami penurunan performa. Untuk mengatasi hal itu, pelatih Alfred Riedl menarik Firman Utina dan Irfan Bachdim, lalu memasukkan Eka Ramdani dan Bambang Pamungkas pada menit ke-58.
Perubahan itu perlahan menaikkan kualitas permainan Indonesia, sampai akhirnya bisa menyamakan kedudukan berkat gol Muhammad Nasuha pada menit ke-73. Memanfaatkan bola muntah hasil tembakan Ahmad Bustomi yang ditepis Khairul Fahmi, Muhammad Nasuha membobol gawang Malaysia.
Gol itu semakin mendongkrak kepercayaan diri Indonesia. Mereka terus berusaha mencetak gol pada waktu tersisa. Setelah berjuang hingga menit ke-85, Indonesia berhasil mengungguli Malaysia berkat tembakan Muhammad Ridwan.
Menguasai bola di luar kotak penalti, ia menggiring bola sebelum menembakkannya. Bola sempat membentur pemain lawan sebelum mendesak jaring gawang tim tamu.
Pada waktu tersisa, permainan berlangsung semakin sengit. Sementara Indonesia masih mengejar gol, Malaysia juga mencoba memberikan tekanan untuk mengurangi ancaman Indonesia.
Sejumlah situasi berbahaya menghinggapi kedua kubu. Namun, sampai peluit berbunyi panjang, papan skor tetap menunjukkan angka 2-1. (*)
Susunan pemain:
Indonesia:
Markus Harison; Mohammad Nasuha, M Ridwan, Hamka Hamzah, Zulkifli Syukur, Maman Abdurachman, Arif Suyono (Tony Sutjipto 71), Firman Utina (Eka Ramdani 58), Ahmad Bustomi, Irfan Bachdim (Bambang Pamungkas 58), Cristian Gonzales
Malaysia: Khairul Fahmi bin Che Mat; Mohd Sabre bin Mat Abu, Mohd Asraruddin Putra, Safiq bin Rahim, Norshahrul Idlan bin Talaha, Mohd Safee bin Mohd Sali (Izzaq 87), Amar bin Rohidian, Kunanlan Subramaniam, Mohamad Muslim bin Ahmad, Mohamad Ashari bin Samsudin, Mohd Fadli bin Mohd Shas.
KOMPAS.com



Sang Kapten Meminta Maaf
Kapten tim nasional Indonesia, Firman Utina, seperti sangat menyesali kegagalannya dalam mengeksekusi penalti saat melawan Malaysia pada laga final kedua Piala AFF 2010, Rabu (29/12/2010). Gelandang Sriwijaya FC itu merapatkan kedua tangannya ketika digantikan Eka Ramdani pada menit ke-56.
Indonesia memiliki peluang untuk unggul setelah mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-17. Penalti itu diberikan karena Mohd Sabre bin Mat Abu melakukan handsball di kotak terlarang. Sayang, peluang tersebut terbuang sia-sia. Firman yang maju sebagai algojo gagal menceploskan bola setelah kiper Khairul Fahmi bin Che Mat berhasil menaklukkan si kulit bundar.
Kegagalan itu membuat mental Firman ambruk. Ia banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melepaskan umpan. Akhirnya, pelatih Alfred Riedl memilih menggantikan Firman dengan Eka pada menit ke-56. Saat meninggalkan lapangan, Firman menampilkan gesture seperti meminta maaf.
kompas.com



Bepe: Selamat untuk Malaysia!

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyerang tim nasional Indonesia, Bambang Pamungkas, menilai rekan-rekannya bermain dengan karakter luar biasa karena mampu menang 2-1 atas Malaysia setelah tertinggal lebih dulu di leg kedua final Piala AFF 2010, di Gelora Bung Karno, Rabu (29/12/2010). Menurutnya, itu tak kalah bernilai ketimbang gelar juara yang akhirnya jatuh ke tangan Malaysia karena menang 3-0 pada leg pertama, 26 Desember lalu.
Pada laga leg kedua itu, Indonesia berpeluang unggul ketika mendapat hadiah penalti, menyusul handsball yang dilakukan oleh Mohd Sabre bin Mat Abu pada menit ke-18. Firman Utina yang dipercaya mengeksekusi bola mengirimnya secara akurat ke sudut kiri bawah gawang. Sayang, tendangannya terlalu lemah sehingga bola dengan mudah ditangkap oleh Khairul Fahmi.
Masalah Indonesia bertambah ketika pada menit ke-54, penyerang Malaysia, Mohd Safee, membobol gawang Markus Horison. Namun, Indonesia akhirnya mampu menang 2-1 berkat sepasang gol dari Muhammad Nasuha (73) dan Muhammad Ridwan (85).
"Kami sedikit tidak beruntung karena gagal penalti. Namun, kami membuktikan diri sebagai tim yang memiliki karakter. Yang jelas tim ini bermain bagus. Kami menang, tapi tidak juara. Selamat kepada Malaysia," kata Bepe, sapaan akrab Bambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar