Kamis, 30 Desember 2010

FINAL AFF 2010 II

Perjalanan karir arif suyono


Batu - Kisah perjalanan Arif Suyono meniti karir sebagai pesepakbola profesional tidak mulus-mulus saja. Pada satu waktu, supersub timnas Indonesia di Piala AFF 2010 itu bahkan harus mendapatkan sepatu sepakbola hasil berutang.

Peristiwa tersebut terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, saat Arif masih berusia 16 tahun. Ketika itu pemuda kelahiran Batu, Malang, tersebut hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur.

Yang menjadi masalah, alumni SMU Islam Batu tersebut tidak lagi memiliki sepatu sepakbola yang layak pakai. Sepatu yang ia miliki saat itu, sebuah sepatu pemberian teman sekolahnya, sudah koyak.

Kegelisahan gelandang Sriwijaya FC itu tak luput dari perhatian keluarga besarnya. Ningsih, kakak kedua Arif, pun akhirnya nekat berutang sepatubola dengan harga Rp 150 ribu demi sang adik.

"Kami kasihan lihat dia, bingung untuk dapat sepatu, kemudian kami sepakat mengutangkan di sebuah toko sepatu yang saya kenal," cerita Ningsih sembari meneteskan air mata.

Melihat kakaknya membawa sepatu baru, Arif muda tak ayal langsung berlinangan air mata. "Kemudian dia berangkat dengan menangis. Kami sekeluarga tiap malam menggelar salat untuk mendoakan dia saat itu. Agar bisa jadi orang sukses," tutur Ningsih.

Faktor ekonomi memang menjadi salah satu kendala dalam perjalanan Arif menimba ilmu sepakbola. Tak jarang ia sampai harus menunggu hasil upah sang ayah sebagai buruh di pasar, sebelum berangkat latihan.

"Kalau mau minta ongkos berangkat, kami kakak-kakaknya harus meminta uang kepada bapak, dengan mendatangi ke pasar," ungkap Ningsih.

Untungnya Arif yang kelahiran 3 Januari 1984 tersebut memang dapat limpahan dukungan tanpa henti dari keluarga besarnya. Impian pemain yang dibesarkan bersama 12 saudaranya itu selalu ditempatkan sebagai prioritas keluarganya.

"Tujuan kami saat itu Arif biar jadi orang sukses dan mampu membantu keluarga. Karena kami 12 bersaudara dengan orangtua hanya kerja serabutan," ujar Ningsih yang tiada hentinya meneteskan air mata.Saat ini Arif sudah sukses, tapi ia tidak lupa kalau apa yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari peran keluarga. Maka keluarga besarnya pun pun ikut menikmati hasilnya. Melalui kucuran dana Arif, bisnis keluarga dibangun melalui usaha kripik.





Indonesia Menang, tapi Tak Juara

Kesebelasan nasional Indonesia mampu menang 2-1 atas Malaysia pada laga final kedua Piala AFF 2010 di Gelora Bung Karno, Rabu (29/12/2010). Indonesia pun mengakhiri turnamen sebagai runner-up, mengingat mereka kalah 0-3 pada laga pertama, Minggu (26/12/2010).
Bermain sebagai tuan rumah dengan kewajiban menang 4-0, Indonesia tampil agresif sejak menit awal. Sayang, usaha itu tak diimbangi dengan ketenangan dan fokus tinggi. Pada momen-momen krusial, Indonesia kerap melakukan kesalahan umpan atau terburu-buru melakukan eksekusi.
Di tengah kesulitan itu, Indonesia mendapat hadiah penalti, menyusul handsball yang dilakukan Mohd Sabre bin Mat Abu pada menit ke-18. Firman Utina yang dipercaya mengeksekusi bola mengirimnya secara akurat ke sudut kiri bawah gawang. Sayangnya, tendangan terlalu lemah sehingga bola mudah ditangkap Khairul Fahmi.
Setelah penalti itu, Malaysia mencoba bangkit. Melalui Mohamad Ashari bin Samsudin, mereka hampir saja mencetak gol pada menit ke-20. Untung saja, Markus Horison masih mampu menepis tembakan akurat Ashari.
Indonesia mencoba membalas. Namun, belum lagi mampu menciptakan ancaman serius, Indonesia kembali terancam kebobolan pada menit ke-32. Saat itu, Mohd Safee bin Mohd Sali berhasil masuk kotak penalti dan menembakkan bola, yang melenceng dari sasaran.
Ancaman itu dibalas Indonesia dengan sejumlah serbuan yang tuntas dengan eksekusi. Namun, Malaysia mampu menghindarinya sampai peluit turun minum berbunyi, dengan skor 0-0 tertera di papan skor.
Permainan tak banyak berubah pada babak kedua. Indonesia masih lebih dominan dalam penguasaan bola dan serangan, tetapi masih bermasalah dengan sentuhan akhir, baik saat mengumpan maupun menembak.
Masalah itu belum selesai ketika Malaysia malah mampu unggul 1-0 berkat gol Mohd Safee pada menit ke-54. Dalam sebuah serangan balik, Safee berhasil menguasai sebuah umpan terobosan dan menggiringnya melewati duo Maman dan Hamka sebelum melepaskan tendangan keras dari tengah kotak penalti, yang mendesak jaring dalam gawang Markus Horison.
Setelah itu, Indonesia mengalami penurunan performa. Untuk mengatasi hal itu, pelatih Alfred Riedl menarik Firman Utina dan Irfan Bachdim, lalu memasukkan Eka Ramdani dan Bambang Pamungkas pada menit ke-58.
Perubahan itu perlahan menaikkan kualitas permainan Indonesia, sampai akhirnya bisa menyamakan kedudukan berkat gol Muhammad Nasuha pada menit ke-73. Memanfaatkan bola muntah hasil tembakan Ahmad Bustomi yang ditepis Khairul Fahmi, Muhammad Nasuha membobol gawang Malaysia.
Gol itu semakin mendongkrak kepercayaan diri Indonesia. Mereka terus berusaha mencetak gol pada waktu tersisa. Setelah berjuang hingga menit ke-85, Indonesia berhasil mengungguli Malaysia berkat tembakan Muhammad Ridwan.
Menguasai bola di luar kotak penalti, ia menggiring bola sebelum menembakkannya. Bola sempat membentur pemain lawan sebelum mendesak jaring gawang tim tamu.
Pada waktu tersisa, permainan berlangsung semakin sengit. Sementara Indonesia masih mengejar gol, Malaysia juga mencoba memberikan tekanan untuk mengurangi ancaman Indonesia.
Sejumlah situasi berbahaya menghinggapi kedua kubu. Namun, sampai peluit berbunyi panjang, papan skor tetap menunjukkan angka 2-1. (*)
Susunan pemain:
Indonesia:
Markus Harison; Mohammad Nasuha, M Ridwan, Hamka Hamzah, Zulkifli Syukur, Maman Abdurachman, Arif Suyono (Tony Sutjipto 71), Firman Utina (Eka Ramdani 58), Ahmad Bustomi, Irfan Bachdim (Bambang Pamungkas 58), Cristian Gonzales
Malaysia: Khairul Fahmi bin Che Mat; Mohd Sabre bin Mat Abu, Mohd Asraruddin Putra, Safiq bin Rahim, Norshahrul Idlan bin Talaha, Mohd Safee bin Mohd Sali (Izzaq 87), Amar bin Rohidian, Kunanlan Subramaniam, Mohamad Muslim bin Ahmad, Mohamad Ashari bin Samsudin, Mohd Fadli bin Mohd Shas.
KOMPAS.com



Sang Kapten Meminta Maaf
Kapten tim nasional Indonesia, Firman Utina, seperti sangat menyesali kegagalannya dalam mengeksekusi penalti saat melawan Malaysia pada laga final kedua Piala AFF 2010, Rabu (29/12/2010). Gelandang Sriwijaya FC itu merapatkan kedua tangannya ketika digantikan Eka Ramdani pada menit ke-56.
Indonesia memiliki peluang untuk unggul setelah mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-17. Penalti itu diberikan karena Mohd Sabre bin Mat Abu melakukan handsball di kotak terlarang. Sayang, peluang tersebut terbuang sia-sia. Firman yang maju sebagai algojo gagal menceploskan bola setelah kiper Khairul Fahmi bin Che Mat berhasil menaklukkan si kulit bundar.
Kegagalan itu membuat mental Firman ambruk. Ia banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam melepaskan umpan. Akhirnya, pelatih Alfred Riedl memilih menggantikan Firman dengan Eka pada menit ke-56. Saat meninggalkan lapangan, Firman menampilkan gesture seperti meminta maaf.
kompas.com



Bepe: Selamat untuk Malaysia!

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyerang tim nasional Indonesia, Bambang Pamungkas, menilai rekan-rekannya bermain dengan karakter luar biasa karena mampu menang 2-1 atas Malaysia setelah tertinggal lebih dulu di leg kedua final Piala AFF 2010, di Gelora Bung Karno, Rabu (29/12/2010). Menurutnya, itu tak kalah bernilai ketimbang gelar juara yang akhirnya jatuh ke tangan Malaysia karena menang 3-0 pada leg pertama, 26 Desember lalu.
Pada laga leg kedua itu, Indonesia berpeluang unggul ketika mendapat hadiah penalti, menyusul handsball yang dilakukan oleh Mohd Sabre bin Mat Abu pada menit ke-18. Firman Utina yang dipercaya mengeksekusi bola mengirimnya secara akurat ke sudut kiri bawah gawang. Sayang, tendangannya terlalu lemah sehingga bola dengan mudah ditangkap oleh Khairul Fahmi.
Masalah Indonesia bertambah ketika pada menit ke-54, penyerang Malaysia, Mohd Safee, membobol gawang Markus Horison. Namun, Indonesia akhirnya mampu menang 2-1 berkat sepasang gol dari Muhammad Nasuha (73) dan Muhammad Ridwan (85).
"Kami sedikit tidak beruntung karena gagal penalti. Namun, kami membuktikan diri sebagai tim yang memiliki karakter. Yang jelas tim ini bermain bagus. Kami menang, tapi tidak juara. Selamat kepada Malaysia," kata Bepe, sapaan akrab Bambang.

Senin, 27 Desember 2010

FINAL AFF 2010



Sinar Laser Serang 'Laskar Garuda' dari Lima Penjuru

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Sikap suporter Malaysia yang tidak fair  Dalam partai leg 1 babak final AFF Suzuki Cup 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu (26/12/2010) malam, sinar laser beberapa kali terlihat tepat mengarah ke para pemain Indonesia. Bahkan, kiper Markus Horison sampai harus protes kepada wasit agar menghentikan pertandingan sejenak karena ada gangguan sinar tersebut.

Sebelumnya, pihak Indonesia sudah mengkhawatirkan adanya teror sinar laser yang bisa mengganggu konsentrasi pemain karena diarahkan tepat ke bagian kepala atau mata.




Biar Dunia Tahu #Malaysiacheatlaser




Meski menang 3-0 melawan Indonesia di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu (26/12/2010), Malaysia dapat nama buruk di jagat maya. Yang masuk ke trending topics Twitter dunia bukan soal kemenangan tim negeri jiran tersebut, melainkan soal ketidaksportifan para suporternya.

Hashtag "#malaysiacheatlaser bahkan menjadi trending topics terpopuler. Sebelumnya, kata "curang" dan "lasers" yang merujuk pada tindakan menyorotkan sinar laser ke muka kiper timnas Indonesia, Markus Horison, selama pertandingan juga sempat masuk ke trending topics dunia.

"Dunia harus tahu betapa rendahnya suporter Malaysia," tulis salah seorang pengguna Twitter asal Indonesia. Namun, di lain pihak, pengguna lainnya menulis bahwa suporter Indonesia harus adil dan tak perlu membalas dengan cara yang sama saat Malaysia bertandang ke Stadion Utama Gelora Bung Karno, 29 Desember mendatang.

Laser yang disorotkan ke arah muka Markus Horison memang sempat beberapa kali diprotes penjaga gawang timnas tersebut. Bahkan, pada menit ke-54, pertandingan sempat dihentikan wasit selama beberapa menit akibat hal tersebut. Begitu pertandingan dilanjutkan, Indonesia tak dapat menahan serangan Malaysia. Gawang Markus pun jebol tiga kali.

Di Sana Laser, di Sini Apa?

Adanya sinar laser yang mengarah ke kiper Indonesia, Markus Horison, memancing reaksi keras di dunia maya. Para pendukung timnas "mencak-mencak" melalui status yang ditulis di mikrobloging Twitter.
Hal itu terasa lebih karena para pemain Indonesia sempat mengajukan protes dan melakukan aksi walkout. Penulis Raditya Dika dalam akunnya @radityadika menulis, "Gue harus bales dendam pas MAL vs INA. Karena di rumah gak ada laser, jadi gue bakalan bawa sepatu kets nyala-nyala punya adek gue".
Kelakuan suporter Malaysia diharapkan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Denny Indrayana tak dilakukan suporter Indonesia. "Semoga penonton kita bisa lebih tertib. Tidak ada laser, petasan, dll. Buktikan Indonesia Menang!," demikian Denny dalam akunnya @dennyindrayana.
Adapun Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring memilih berpantun untuk menyemangati para pemain timnas. Ini yang ditulis Tif dalam akun @tifsembiring, "Beli koper di warung ceger. Biar timnas diganggu laser, Firman cs harus tetap main pinter! Semangat membara di babak kedua!". Lain lagi @ndorokakung, "Laser ntar dibales petromaks lo".

Minggu, 26 Desember 2010

AC Milan



Nama lengkap    Associazione Calcio Milan1899 SpA
Julukan             Rossoneri (Merah-Hitam)
                            Il Diavolo Rosso (Setan Merah)
                            Casciavit (Obeng)
Didirikan            16 Desember 1899
Stadion            San Siro, Milan, Italia
                           (Kapasitas: 82.955)
Pemilik            Silvio Berlusconi
Presiden            Mengalami kelowongan (Pelaksana harian diserahkan kepada Adriano Galliani)[1]
Manajer            Massimiliano Allegri
Liga                    Seri A
2009-2010    Seri A, (3)



sejarah
Associazione Calcio Milan Italia (dipanggil A.C. Milan atau Milan saja) adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris
merah-hitam dan celana putih (kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai
Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.
Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris[2]. Sebagai
penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.
(1899 hingga kini)

Awal masa terbentuk
Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada tahun 16 Desember 1899. Pada
saat itu, Edwards menjadi Presiden klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim 1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak
bola Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain dari Swiss yang tidak menyukai
dominasi orang Italia dan Inggris dalam skuad inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk Internazionale.


Masa GreNoLi
Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils Liedholm .Ketiganya 
merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan 
(playmaker). Tim di masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan 
tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.

Era Nereo Rocco
Milan kembali memenangi musim 1961/1962. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan 
gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa 
pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala 
Eropa.
Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba 
hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati, topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt 
Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4-1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan 
Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3-0, 1-2).
Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" 
untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang 
sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona F.C. di 
pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia 
sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.
Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal 
perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi 
kembali.

The Dream Team
Kedatangan Berlusconi
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan 
Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud 
Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.

Era Sacchi

 Sacchi memenangkan Seri A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucuresti 4-0 di final, dan gelar 
Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, 
mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990. Skuad kemenangan Eropa mereka adalah:
Kiper : Giovanni Galli
Bek : Mauro Tassotti -- Alessandro Costacurta -- Franco Baresi -- Paolo Maldini
Gelandang : Angelo Colombo -- Frank Rijkaard -- Carlo Ancelotti -- Roberto Donadoni
Penyerang : Ruud Gullit -- Marco van Basten

Era Capello

Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan 
Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan 
terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savicevic, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, 
Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada 
tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savicevic ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), 
Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).

Masa masa sulit (Tabarez ke Terim)
1996-1997

Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah 
dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan 
mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A, dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah 
pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.
1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Kristen Ziege, Patrick 
Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak 
bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-1998 
pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga 
menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 
kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres 
Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
1999-2000
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker 
Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya 
memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing 
scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan 
semangat tinggi, mengalahkan Besiktas JK dari Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick 
Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh 
Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo 
de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut 
kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa 
Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, 
setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh 
seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di 
tempat keenam.
2001-2002
Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke 
putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari 
Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan 
Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi direksi harapan.

Era Ancelotti

Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti 
berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, 
Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa 
Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar 
prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, 
maka rossoneri-pun semakin ditakuti.

Pasang surut 2006-2008

Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 
poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling 
bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah 
adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan 
mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena 
terbukti doping. Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin. 
Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua 
tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca 
Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim 2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub 
sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.

Pasca-Ancelotti
Era Leonardo


Pada akhir musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah 

Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan 
pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub Chelsea F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
Kaka, pindah ke Real Madrid .Nilai transfernya ± 67 juta Euro
Paolo Maldini, bek legendaris Milan ini memutuskan untuk pensiun
Yoann Gourcuff, memutuskan untuk tetap di Bordeaux.

Masalah terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada 
bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan 
Klaas-Jan Huntelaar eks striker Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, 
pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
Musim 2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai 
hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 
30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai 
terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro. Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago 
Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2. Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, 
kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0 sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 
klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C. dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di 
bawah Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0.
Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya 
berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan 
kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin 
Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro, sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim 
depan. Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan 
untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.

Era Allegri
Musim 2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa 
transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari 
Manchester City.

Skuad saat ini
Hingga 31 Agustus 2010, sesuai dengan website resmi
No. Posisi Nama pemain 
1 GK Marco Amelia
5 DF Oguchi Onyewu
7 FW Alexandre Pato
8 MF Gennaro Gattuso (Wakil Kapten)
9 FW Filippo Inzaghi
10 MF Clarence Seedorf
11 FW Zlatan Ibrahimovic
13 DF Alessandro Nesta
14 MF Rodney Strasser
15 DF Sokratis Papastathopoulos
16 MF Mathieu Flamini
17 DF Massimo Oddo
18 DF Marek Jankulovski
19 DF Gianluca Zambrotta
20 MF Ignazio Abate


No. Posisi Nama pemain 
21 MF Andrea Pirlo
22 DF Bruno Montelongo
23 MF Massimo Ambrosini ( Kapten)
25 DF Daniele Bonera
26 DF Michelangelo Albertazzi
27 MF Kevin-Prince Boateng
30 GK Flavio Roma
32 GK Christian Abbiati
33 DF Thiago Emiliano da Silva
70 FW Róbson Robinho de Souza
76 DF Luca Antonini
80 FW de Assis Ronaldinho
90 FW Nnamdi Oduamadi

No. Posisi Nama pemain
GK Ferdinando Coppola (ke Siena hingga 30 Juni 2011)[11]
DF Davide Astori (kepemilikan bersama dengan Cagliari)[12]
DF Matteo Bruscagin (kepemilikan bersama dengan Grosseto)[13]
DF Matteo Darmian (kepemilikan bersama dengan Palermo)[14]
DF Marcus Diniz (ke Parma hingga 30 June 2011)[15]
MF Federico Furlan (kepemilikan bersama dengan Varese)[16]
MF Wilfred Osuji (kepemilikan bersama dengan Varese)[16]
FW Pierre Aubameyang (ke Monaco hingga 30 June 2011)[17]
FW Alberto Paloschi (kepemilikan bersama dengan Parma)[12]

Staf
Jabatan Nama
Pelatih Massimiliano Allegri
Wakil pelatih Mauro Tassotti
Asisten teknik Andrea Maldera
Pelatih kiper Mauro Landucci

Pemain legenda

 AC Milan pada ajang Piala Interkontinental, Tokyo 9 Desember 1990 .
Jongkok dari kiri-kanan: Alessandro Costacurta, Giovanni Stroppa, Roberto Donadoni, Franco Baresi, Angelo Carbone.
Berdiri dari kiri-kanan: Mauro Tassoti, Paolo Maldini, Frank Rijkaard, Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Andrea Pazzagli

Massimo Ambrosini
 Carlo Ancelotti
 Roberto Baggio
 Franco Baresi
 Alessandro Costacurta
 Renzo De Vecchi
 Paolo Di Canio
 Roberto Donadoni
 Gennaro Gattuso
 Filippo Inzaghi
 Gianluigi Lentini
 Giuseppe Pancaro
 Cesare Maldini
 Paolo Maldini
 Mauro Tassotti
 Alessandro Nesta
 Andrea Pirlo
 Gianni Rivera
 Sandro Salvadore
 Angelo Sormani
 Giovanni Trapattoni
 Massimo Oddo
 Gianluca Zambrotta
 Alberto Gilardino
  José Altafini
 Kaká
 Kurt Hamrin
 Ronaldinho
 Ronaldo
 Rivaldo
 Serginho
 Cafu  
Leonardo
 Alexandre Pato
 Edgar Davids
 Klaas-Jan Huntelaar
 Clarence Seedorf
 Marco van Basten
 Frank Rijkaard
 Ruud Gullit
 Gunnar Gren
 Nils Liedholm
 Gunnar Nordahl
 Zlatan Ibrahimovic
 Marcel Desailly
 Jean-Pierre Papin
 Mathieu Flamini
 Yoann Gourcuff
 Herbert Kilpin
 David Beckham
 Ray Wilkins
 Oliver Bierhoff
 Karl Heinz Schnellinger
 Roberto Ayala
 Hernán Crespo
 Jon Dahl Tomasson
 Martin Laursen
 Zvonimir Boban
 Umit Davala
 José Mari
 Rui Costa
 Dejan Savicevic
  Juan Alberto Schiaffino
 Andriy Shevchenko
 George Weah

Nomor yang dipensiunkan / diabadikan
No. Nama pemain Posisi Karier di Milan Catatan
3 Paolo Maldini Bek tengah 1985–2009  
Diaktifkan kembali untuk salah satu dari anak Paolo,Christian Maldini dan Daniel Maldini, bila sudah masuk 
tim inti Milan.[18]
6 Franco Baresi Sweeper 1977–1997

Pelatih terkenal
 Herbert Kilpin 
Salah satu pendiri AC Milan sekaligus pelatih pertama Milan.
 Carlo Ancelotti 
Sumbangsihnya terhadap Milan adalah menyumbang 2 trofi Seri A dan 2 trofi Liga Champions sebagai pemain, serta 2 trofi Liga Champions dan 1 trofi Seri A sebagai pelatih.
 Cesare Maldini 
Sebagai pemain dia menyumbang 4 trofi Seri A dan 1 trofi Liga Champions.
 Arrigo Sacchi 
Pelatih yang membawa Milan mendapat predikat "The Dream Team", memenangkan 1 trofi Seri A, dan 2 trofi Liga Champions berturut-turut.
 Fabio Capello 
Suksesor dari Sacchi, di tangannya, Milan menjadi semakin gemilang. Menyumbangkan 4 trofi Seri A dan 1 trofi Liga Champions.
 Nereo Rocco 
Pelatih jenius Milan yang menemukan taktik catenaccio. Menyumbangkan 2 trofi Seri A, 1 trofi Liga Champions, dan 1 trofi Piala Winners.
 Vittorio Pozzo 
Pelatih legendaris Italia, meski di masanya Milan tidak terlalu bersinar, Ia membuktikan diri bahwa dirinya adalah pelatih jenius dengan menemukan formasi Metodo (2-3-2-3), 
formasi yang menyeimbangkan antara serangan dan pertahanan.
 Nils Liedholm 
Melatih Milan selama 3 generasi (1963-1966, 1977-1979, dan 1984-1987), Liedholm menyumbangkan 4 trofi Seri A.
 Leonardo de Araújo 
Pelatih Milan pertama yang berasal dari Brazil.


Pemain yang memenangi Piala Dunia saat bermain di Milan Pietro Arcari (Italia 1934)
 Franco Baresi (Spanyol 1982)
 Fulvio Collovati (Spanyol 1982)
 Marcel Desailly (Perancis 1998)
 Roque Júnior (Korsel-Jepang 2002)  
Gennaro Gattuso (Jerman 2006)
 Alberto Gilardino (Jerman 2006)
 Filippo Inzaghi (Jerman 2006)
 Alessandro Nesta (Jerman 2006)
 Andrea Pirlo (Jerman 2006)

Pemain yang memenangi Kejuaraan di benua asalnya saat bermain di Milan
Eropa 
Angelo Anquilletti (Italia 1968)
 Giovanni Lodetti (Italia 1968)
 Pierino Prati (Italia 1968)
 Gianni Rivera (Italia 1968)  
Roberto Rosato (Italia 1968)
 Ruud Gullit (Jerman Barat 1988)
 Marco van Basten (Jerman Barat 1988)

 Amerika Latin
 Serginho (Paraguay 1999)

Pemain yang memenangi Piala Konfederasi saat bermain di Milan
 Leonardo (Arab Saudi 1997)
 Dida (Jerman 2005)
 Kaká (Jerman 2005, Afrika Selatan 2009)
 Alexandre Pato (Afrika Selatan 2009)

Peraih Ballon d'Or
 Gianni Rivera - 1969
 Ruud Gullit - 1987
 Marco Van Basten - 1988, 1989, 1992
 George Weah - 1995
 Andriy Shevchenko - 2004
 Kaká - 2007


Prestasi
Bila dihitung berdasarkan total banyaknya gelar, maka Milan adalah salah satu klub tersukses di Italia, dengan total raihan gelar juara lebih dari 29 tropi dan menjadi terbanyak kedua 
setelah Juventus (40 tropi domestik)[19]. Milan juga menjadi salah satu klub tersukses di dunia bersama Boca Juniors[20], dengan rekor 14 trofi Eropa dan 4 trofi dunia. Milan juga 
mengenakan bintang tanda bahwa mereka memenangi lebih dari 10 gelar Seri A. Ditambah lagi, Milan juga memakai Lambang Penghargaan UEFA di seragam mereka karena 
memenangi lebih dari lima gelar Liga Champions.

Kejuaraan Nasional

Perayaan scudetto Milan musim 2003/2004
 Seri A:
Juara (17): 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004
Runner-up (14): 1902; 1947-48; 1949-50; 1951-52, 1955-56, 1960-61; 1964-65; 1968-69; 1970-71; 1971-72; 1972-1973; 1989-90; 1990-91; 2004-05
Seri B:
Juara (2): 1980–81; 1982–83
 Copa Italia:
Juara (5): 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
Runner-up (7): 1941–42; 1967–68; 1970–71; 1974–75; 1984–85; 1989-90; 1997-98
 Piala Super Italia:
Juara (5): 1988; 1992; 1993; 1994; 2004
Runner-up (3): 1996; 1999; 2003

Kejuaraan Eropa
 Euforia kemenangan AC Milan di Liga Champions 2007
 Piala/Liga Champions:
Juara (7): 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
Runner-up (4): 1957-58; 1992-93; 1994-95; 2004-05
 Piala Super Eropa:
Juara (5): 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
Runner-up (2): 1973; 1993
 Piala Winners:
Juara (2): 1967–68; 1972–73
Runner-up (1): 1973–74


Kejuaraan Dunia
 Piala Interkontinental / Piala Dunia Antarklub FIFA:
Juara (4):1969; 1989; 1990; 2007
Runner-up (4): 1963; 1993; 1994; 2003


Kejuaraan lainnya
Piala Latin (Piala yang paling penting bagi klub-klub Eropa pada tahun 40-an dan 50-an. Diselenggarakan sejak 1949 hingga 1957 antara juara-juara Perancis, Italia, Portugal dan 
Spanyol. Kejuaraan ini menghilang setelah dimulainya Piala Champions.):
Juara (3): 1951; 1956
Runner-up (1): 1953
Piala Mitropa:
Juara (1): 1981-82
Piala Kejuaraan Dubai
Juara (1): 2009
Trofeo Santiago Bernabéu
Juara (2): 1988, 1990
Runner-up (1): 1999
Trofeo Luigi Berlusconi
Juara (11): 1992, 1993, 1994, 1996, 1997, 2002, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009


Daftar pelatih AC Milan


Berikut ini adalah daftar pelatih Milan sepanjang sejarah
Nama Negara Tahun
Herbert Kilpin 1900–1908
Daniele Angeloni 1906–1907
Komisi Teknik 1907–1910
Giovanni Camperio 1910–1911
Komisi Teknik 1911–1914
Guido Moda 1915–1922
Ferdi Oppenheim 1922–1924
Vittorio Pozzo 1924–1926
Guido Moda 1926
Herbert Burgess 1926–1928
Engelbert König 1928–1931
József Bánás 1931–1933
József Viola 1933–1934
Adolfo Baloncieri 1934–1937
William Garbutt 1937
Hermann Felsner 1937
József Bánás 1937–1938
József Viola 1938–1940
Guido Ara 1940–1941
Antonio Busini 1940–1941
         1940–1941
Mario Magnozzi 1941–1943
Giuseppe Santagostino 1943–1945
Adolfo Baloncieri 1945–1946
Giuseppe Bigogno 1946–1949
Lajos Czeizler 1949–1952
Gunnar Gren 1952
Mario Sperone 1952–1953
Béla Guttmann 1953–1954
Antonio Busini 1954
Hector Puricelli 1954–1956
Giuseppe Viani 1957–1960
Paolo Todeschini 1960–1961
Nereo Rocco 1961–1963
Luis Carniglia 1963–1964
Nils Liedholm 1963–1966
Giovanni Cattozzo 1966
Arturo Silvestri 1966–1967
Nereo Rocco 1966–1972
Cesare Maldini 1973–1974
Giovanni Trapattoni 1974
Gustavo Giagnoni 1974–1975
Nereo Rocco 1975
Paolo Barison 1975-1976
Giovanni Trapattoni 1976
Giuseppe Marchioro 1976–1977
Nereo Rocco 1977
Nils Liedholm 1977–1979
Massimo Giacomini 1979–1981
Italo Galbiati 1981
Luigi Radice 1981–1982
Italo Galbiati 1982
Francesco Zagatti 1982
Ilario Castagner 1982–1984
Italo Galbiati 1984
Nils Liedholm 1984–1987
Fabio Capello 1987
Arrigo Sacchi 1987–1991
Fabio Capello 1991–1996
Oscar Tabárez 1996
Giorgio Morini 1996–1997
Arrigo Sacchi 1997
Fabio Capello 1997–1998
Alberto Zaccheroni 1998–2001
Cesare Maldini 2001
Mauro Tassotti 2001
Fatih Terim 2001
Carlo Ancelotti 2001–2009
Leonardo 2009—2010
Massimiliano Allegri 2010—

Daftar presiden AC Milan

Milan memiliki bayak presiden sejak didirikan, beberapa dari mereka juga adalah pemilik klub dan presiden yang diistimewakan. Inilah daftar lengkapnya
Nama Tahun
Alfred Edwards 1899–1909
Giannino Camperio 1909
Piero Pirelli 1909–1928
Luigi Ravasco 1928–1930
Mario Bernazzoli 1930–1933
Luigi Ravasco 1933–1935
Pietro Annoni 1935
Pietro Annoni
G. Lorenzini
Rino Valdameri 1935–1936
Emilio Colombo 1936–1939
Achille Invernizzi 1939–1940
Umberto Trabattoni 1940–1944
Antonio Busini 1944–1945
Umberto Trabattoni 1945–1954
Andrea Rizzoli 1954–1963
Felice Riva 1963–1965
Federico Sordillo 1965–1966
Franco Carraro 1967–1971
Federico Sordillo 1971–1972
Albino Buticchi 1972–1975
Bruno Pardi 1975–1976
Vittorio Duina 1976–1977
Felice Colombo 1977–1980
Gaetano Morazzoni 1980–1982
Giuseppe Farina 1982–1986
Rosario Lo Verde 1986
Silvio Berlusconi 1986–2004
Komisi Presidensial 2004–2006
Silvio Berlusconi 2006–2008
Mengalami kelowongan 2008-

Daftar kapten AC Milan

Herbert Kilpin (1899-1907)
 Gerolamo Radice (1908-1909)
 Guido Moda (1909-1910)
 Max Tobias (1910-1911)
 Giuseppe Rizzi (1911-1913)
 Louis Van Hege (1913-1915)
 Marco Sala (1915-1916)
 Aldo Cevenini (1916-1919)
 Alessandro Scarioni (1919-1921)
  Cesare Lovati (1921-1922)
 Francesco Soldera (1922-1924)
 Pietro Bronzini (1924-1926)
 Gianangelo Barzan (1926-1927)
 Abdon Sgarbi (1927-1929)
 Alessandro Schienoni (1929-1930)
 Mario Magnozzi (1930-1933)
 Carlo Rigotti (1933-1934)
 Giuseppe Bonizzoni (1934-1936)
 Luigi Perversi (1936-1939)
 Giuseppe Bonizzoni (1939-1940)
 Bruno Arcari (1940-1941)
Warna dan lambang Milan

Warna seragam kebanggaan Milan adalah merah-hitam,atau dalam bahasa Italia: Rossoneri[25], namun anehnya, di ajang final suatu kompetisi yang tidak memakai format 
kandang-tandang (contoh:Liga Champions) , Milan selalu memakai warna seragam putih. Tradisi ini dipercaya membawa keberuntungan untuk Milan. Dengan enam kali menang dari 
delapan laga final Liga Champions berseragam putih (hanya kalah melawan Ajax pada 1995 dan Liverpool pada 2005) membuat tradisi ini semakin kukuh dipertahankan. Selain 
kedua seragam Milan (merah-hitam dan putih), Milan memiliki seragam ketiga (third kit) berwarna hitam dengan sentuhan garis merah di beberapa bagian. Namun, seragam ketiga 
ini sangat jarang digunakan.
Untuk "beberapa tahun" belakangan, lambang Milan memakai sentuhan bendera Milan (flag of Milan), yaitu lambang yang terlihat seperti lambang salib berwarna merah pada 
lambang Milan, yang aslinya adalah bendera dari Saint Ambrose.[26] Panggilan Milan yang lainnya, Il Diavolo Rosso (setan merah) berasal dari lambang bintang yang dikenakan 
Milan di atas lambang klubnya[26]. Bintang tersebut dikenakan Milan pada 1979 karena Milan sudah memenangkan lebih dari sepuluh gelar lokal (scudetto Seri A). Saat ini, lambang 
klub Milan adalah untuk dipersembahkan kepada bendera Comune di Milano, dengan singkatan ACM di atas dan tahun berdirinya 1899 di bawah.
Giuseppe Meazza (1941-1942)
 Giuseppe Antonini (1942-1944)
 Paolo Todeschini (1944-1945)
 Giuseppe Antonini (1945-1949)
 Andrea Bonomi (1949-1952)
 Carlo Annovazzi (1952-1953)
 Omero Tognon (1953-1954)
 Gunnar Nordahl (1954-1956)
 Nils Liedholm (1956-1961)
 Francesco Zagatti (1961)
 Cesare Maldini (1961-1966)
 Gianni Rivera (1966-1975)
 Romeo Benetti (1975-1976)
 Gianni Rivera (1976-1979)
 Albertino Bigon (1979-1980)
 Aldo Maldera (1980-1981)
 Fulvio Collovati (1981-1982)
 Franco Baresi (1982-1997)
 Paolo Maldini (1997-2009)
 Massimo Ambrosini (2009- , tidak tetap)


Rekor statistik Milan

Paolo Maldini sampai sekarang mencetak rekor untuk total penampilan di Seri A untuk Milan dengan total ± 1000 penampilan, dan 600 diantaranya diperoleh dari Seri A (14 Mei 
2007, tidak termasuk pertandingan playoff). Selanjutnya ia dikenal sebagai pemain paling sering tampil di Seri A sepanjang masa.[27]
Topskor Milan sepanjang sejarah dipegang oleh Gunnar Nordahl, yang mencetak 254 gol dalam 268 permainan.[28] Andriy Shevchenko berada di urutan kedua dengan 243 gol 
dalam 298 permainan, dan pencetak gol tertinggi di skuad Milan saat ini adalah Filippo Inzaghi, dengan 101 gol dalam 220 permainan.
Milan memiliki rekor yang unik namun impresif, yaitu saat mengikuti musim 1991/1992. Milan tidak pernah kalah dalam musim tersebut. Totalnya, Milan tidak pernah kalah dalam 58 
pertandingan, dimulai dengan seri 0-0 melawan Parma saat 26 Mei 1991 dan secara ironis diakhiri dengan kekalahan kandang 1-0 dengan Parma juga, 21 Maret 1993. Rekor tidak 
terkalahkan ini merupakan rekor terpanjang ketiga di sepak bola Eropa, di bawah Steaua Bucharest dengan 104 pertandingan tanpa kekalahan dan Celtic dengan 68 pertandingan 
tanpa kekalahan.[29][30]
Pada 2007, Milan bersama dengan Boca Juniors dari Argentina menyandang gelar klub dengan gelar internasional terbanyak versi FIFA.[31] Kerena status ini, Milan sempat merajai 
peringkat klub sepak bola terhebat dunia pada kisaran 2007.


Komponen penting Milan


Stadion tim saat ini adalah Stadion Giuseppe Meazza yang berkapasitas 85.000 orang. Stadion ini juga dikenal dengan nama San Siro, karena berada di distrik San Siro. Stadion 
ini digunakan bersama dengan Internazionale, klub lain di Milan. Stadion ini dipakai ketika Seri A melaksanakan partai antara klub kota Milan, Derby della Madonnina (Ibu segala 
derby). Nama ini diberikan untuk penghormatan kepada patung bunda Maria yang berada di Milan (sering disebut Madonnina atau ibu), serta karena rivalitas keduanya yang sangat 
sengit karena keduanya sama-sama tim jajaran atas terhebat di Italia, atmosfer pertandingannya melebihi pertandigan derby manapun. Suporter AC Milan menggunakan "San Siro" 
untuk menyebut stadion itu karena dulunya Giuseppe Meazza, merupakan seorang pemain bintang bagi Inter (meski dia pernah membela Milan selama satu musim). Tetapi, di masa 
mendatang, ada wacana untuk memindahkan homebase Milan ke stadion baru, seperti yang diungkapkan wakil presiden Adriano Galliani pada tahun 2006

Himne Milan
AC Milan juga mempunyai himne yang biasa dinyanyikan pendukungnya saat Milan bertanding, berjudul "Inno Milan!",diciptakan oleh Tony Renis, pembuat lagu asal Italia. Lirik lagu 
itu adalah:

Milan milan solo con te
Milan milan sempre per te
Camminiamo noi accanto ai nostri eroi
Sopra un campo verde sotto un cielo blu
Conquistate voi una stella in piã
A brillar per noi
E insieme cantiamo
Milan milan solo con te
Milan milan sempre per te
Oh... Una grande squadra
Sempre in festa olã¨
Oh...
E insieme cantiamo
Milan milan solo con te
Milan milan sempre per te
Con il milan nel cuore
Nel profondo dell'anima
Un vero amico sei
E insieme cantiamo
Milan milan solo con te
Milan milan sempre con te
Oh...

Serba-serbi AC Milan di bidang keuangan

Berdasarkan Deloitte Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan Deloitte, di musim 2005/2006, Milan ada di peringkat kelima klub sepak bola dengan pendapatan 
terringgi di dunia dengan jumlah estimasi pendapatannya 233.7 juta Euro.[35] Saat ini, Milan menempati peringkat keenam dalam daftar Klub Sepakbola Terkaya Di Dunia oleh 
majalah Forbes, membuat Milan klub sepak bola Italia terkaya.[36]
Perusahaan judi online Austria, bwin.com adalah sponsor Milan yang terpampang di kaus musim lalu, dengan kontrak empat tahun dimulai dari musim 2006/2007.[37] Sebelum 
bwin.com, sponsor Milan adalah Opel, perusahaan mobil asal Jerman. Opel mensponsori Milan selama 12 tahun, dan terpampang selama itu juga dengan logonya, namun, pada 
musim 2003/2004 dan 2005/2006 nama sponsor Opel di seragam Milan berubah, menjadi Meriva (2003/2004) dan Zafira (2005/2006), dua mobil produk mereka.
Seragam dan perlengkpan olahraga Milan saat ini disuplai dari perusahaan manufaktur olahraga Jerman, Adidas, yang kontraknya berakhir pada musim 2017/2018.[38] Kontrak ini 
membuat Adidas adalah manufaktur resmi semua seragam dan perlengkapan replika Milan. Sebelum Adidas, perusahaan olahraga Italia Lotto adalah manufaktur resmi seragam 
dan perlengkapan Milan. Tanggal 14 Januari 2008, Milan dan Adidas memperbaharui kontrak kerjasama sampai 30 Juni 2018. Berdasarkan kontrak, Adidas bertanggungjawab 
terhadap tiga franchise Milan: sponsor terhadap seragam, merchandise Milan, dan distribusi semua produk non-sepak bola Milan.


http://bbs.espnstar.com.cn/Uploads/9-18/a5d548ef-cac4-41e0-9d1a-4ecbddcc8f39.jpg

Senin, 20 Desember 2010

Al Capone

Alphonse Gabriel Capone (lahir 17 Januari 1899 – meninggal 25 Januari 1947 pada umur 48 tahun), secara populer dikenal sebagai Al Capone atau Scarface, adalah seorang Gangster Amerika Serikat yang memimpin sindikat kriminal memiliki dedikasi terhadap penyeludupan dan menjual secara gelap minuman keras dan aktivitas ilegal lainnya selama Era Pelarangan tahun 1920-an dan 1930-an. Mafia sendiri berasal dari bahasa Sisilia kuno, Mafiusu, yang diduga mengambil kata Arab mahyusu yang artinya tempat perlindungan atau pertapaan.

Setelah revolusi pada 1848, keadaan pulau Sisilia morat-marit sehingga mereka perlu membentuk ikatan suci yang melindungi mereka dari serangan bangsa lain dalam hal ini bangsa Spanyol. Nama mafia mulai terkenal setelah sandiwara dimainkan pada 1863 dengan judul I mafiusi di la Vicaria (Cantiknya rakyat Vicaria), yang menceritakan tentang kehidupan pada gang penjahat di penjara Palermo.

Sekalipun tidak jelas siapa yang mendirikannya, namun pendirian organisasi ini mula-mula berdasarkan ikatan persaudaraan diantara sesama warga keturunan pulau Sisilia. Dalam perjalanan sejarah, kelompok yang semula kecil menjadi besar dan membutuhkan dukungan keuangan yang lebih banyak sehingga misi pendirian organisasi mulai bergeser menjadi mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak mengindahkan tata aturan masyarakat yang lain. Yang mengherankan para anggotanya merasa tidak melakukan tindakan kriminal sebab di mata mereka, apa yang dilakukannya adalah sekedar memberikan proteksi atau perlindungan terhadap kelompok lain yang mengalami tekanan atau pemerasan. Sehingga pelaku merasa bangga dan terhormat dapat “menolong” seseorang dari kesusahan. Sejak itulah kata Mafiusu berubah arti menjadi orang atau organisasi “terhormat.” Nama lain dari Mafia adalah Cosa Nostra, anggotanya selalu menulis kata ini dengan penuh hormat yaitu ditulis dengan awal huruf besar. Pengertian Cosa Nostra sendiri adalah “our thing” atau sama-sama satu bangsa, satu pemikiran atau “orang kita.” Namun dalam buku terjemahan Mafia Manager oleh Bern Hidayat disebut bahwa terjemahan Cosa Nostra adalah “urusan kita.

Al Capone Sendiri lahir pada tanggal 17 Januari dengan nama asli Alphonse Gabriel Capone, yang merupakan anak keempat dari pasangan Gabriele dan Teresina Capone, imigran asal Italia Selatan yang berimigrasi ke Amerika Serikat tahun 1893. Di Amerika keluarga Capone pertama tinggal di 95 Navy Street. Saat Al berusia 11 tahun, keluarga Capone pindah ke 21 Garfield Place di Park Slope, Brooklyn.

Al Capone putus dari sekolah umum di Brooklyn, ia kemudian bekerja serabutan di Brooklyn termasuk disebuah toko permen dan bowling. Selama masa itu Al Capone dipengaruhi oleh Giovanni Torrio Alias John "Papa Johnny" Torrio atau disebut juga “The Fox” yang kelak menjadi mentornya. Setelah pekejaannya sebagai pencuri kelas teri, Al Capone bergabung dengan komplotan yang terkenal buruknya yaitu Five Points Gang. kemudian dia dpekerjakan sbagai tukang pukul di Coney Island Dance Hall and Saloon oleh Frankie Yale Si Tukang Palak. Disinilah Al Capone menerima bekas luka yang membuat ia mendapat panggilan "Scarface".

Pada 30 Desember 1918, Al Capone menikah dengan Mae Josephine Coughlin seorang perempuan Irlandia dan dkaruniai seorang anak yang diberi nama Albert Francis "Sonny" Capone. Kemudian sekitar tahun 1921, Al Capone dan keluarga kecilnya mmutuskan pindah ke Chicago dan menempati rumah di 7244 South Prairi Ave, selatan kota Chicago. Capone datang atas undangan Torrio yang sedang mencari peluang usaha berdagang barang² gelap. Masa itu Torrio memperoleh kekayaan dari hasil kejahatan James "Big Jim" Colosimo yang terbunuh (dugaan dibunuh oleh Frankie Yale, walaupun tuduhan itu tidak terbukti karena kekurangan bukti) setelah menolak memasuki bidang bisnis baru dan Al Capone pada masa itu juga telah didakwa melakukan pembunuhan.


Setelah pemilihan walikota 1923, walikota Chicago Terpilih William Emmet Dever melakukan reformasi, pemerintah kota Chicago mulai menaruh tekanan terhadap gangster dan penjahat di kota Chicago. Hal ini membuat para gangster dan penjahat gerah. Untuk menaruh markas besarnya diluar kota yurisdiksi, organisasi Capone (Chicago Outfit) masuk dengan cara kekerasan ke dalam Cicero, Illinois. Mereka bertarung dengan penjahat Cicero Myles O'Donnell dan William "Klondike" O'Donnell untuk memperbutkan kekuasaan di Pusat Kota Cicero. Kemenangan ada ditangan Capone, dan itu merupakan kemenangan Capone yang paling luar biasa; pengambil alihan pemerintah kota Cicero pada 1924. Perang tersebut mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas.


Capone (lewat pengikutnya Murray The Hump), mendalangi pembunuhan yang paling terkenal dalam dunia gang abad 19, Saint Valentine's Day Massacre 1929. Di chicago, pada 14 Februari 1929, terjadi peristiwa penembakan tujuh anggota gangster Mafia Bugs Moran secara kejam. Meskipun rincian dari pembunuhan disebutkan hanya tujuh korban yang dtemukan disebuah garasi 2212 North Clark Street tapi diperkirakan sesunguhnya korban tewas lebih dari itu. Dari kejadian itu langsung dihubungkan dengan Capone dan para pengikutnya terutama Murray The Hump dan Jack "Machine Gun" McGurn tapi tidak seorang pun pernah didakwa atas peristiwa tersebut.

Akhir dari sepak terjang Al Capone sendiri bukan karena pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pencurian ataupun penyuapan, namun karena kasus penyelundupan. Al Capone ditangkap saat menyelundupkan minuman keras oleh agen FBI yang bernama Eliot Ness, yang sudah mengincar Al Capone sejak lama. Kasus itulah yang akhirnya menjadi pintu bagi para penegak hukum di AS untuk mengadilinya secara berlapis di meja hijau.

Referensi :

- http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Capone